Rabu, 11 Januari 2012

Pendidikan Pesantren

Pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam tertua di indonesia.namanya berasal dari dua kata bahasa asing yang berbeda. Pondok berasal dari bahasa arab funduq yang berarti tempat menginap atau asrama (Zamakhsyari Dhofier, 1983 :18), sedang kata pesantren berasal dari kata santri, bahasa tamil yang berarti para penuntut ilmu (Yusuf Amir Feisal, 1984: 19) atau diartikan juga guru mengaji.
Karena makna yang dikandung oleh namanya itu, sebuah pondok pesantren selalu mempertahankan unsur-unsur aslinya yaitu: pondok, mesjid, pengajian kitab-kitab klasik yang disebut kitab kuning, santri, dan kiai atau guru mengaji. Kelima unsur tersebut selalu ada dalam setiap pondok pesantren. pendirian pesantren itu sendiri biasanya dimulai dari pengakuan suatu masyarakat tertentu kepada seseorang yang alim.
Pada awal perkembangannya, ada dua fungsi pesantren
  1. Sebagai lembaga pendidikan
  2. Sebagai lembaga penyiaran agama
Kendatipun kini telah banyak perubahan yang terjadi, namun inti fungsi utama itu masih melekat pada pesantren dari apa yang disebut modernisasi.
Menurut Dr. Sutomo, ada beberapa aspek yang menarik pada pesantren, yaitu:
  • Sistem pondok, dengan sistem ini, pendidikan, tuntunan, dan pengawasan dapat dilakukan secara langsung.
  • Keakraban hubungan antara kiai dan santri memungkinkan para kiai memberikan pengetahuan yang “hidup” pada santrinya.
  • Kemampuannya untuk mencetak atau mendidik manusia dalam memasuki semua lapangan pekerjaan secara merdeka dan mandiri.
  • Kehidupan kiai yang sederhana tetapi penuh dengan kesenangan dan kebahagiaan merupakan teladan yang baik bagi orang indonesia yang pada umumnya masih miskin.
  • Sistem pendidikannya yang dapat diselenggarakan dengan biaya murah merupakan sarana yang baik bagi usaha meningkatkan kecerdasan bangsa (M. Habib Chirzin, 1979:4).
Inti pendidikan yang ditanamkan di pondok pesantren adalah pendidikan watak dan pendidikan keagamaan. Sebagai komunitas belajar keagamaan, pesantren mempunyai hubungan yang sangat erat dengan lingkungan sekitarnya. Dalam masyarakat pedesaan tradisional, kehidupan keagamaan tersebut merupakan bagian yang menyatu dengan kenyataan hidup masyarakat sehari-hari, sedangkan pemimpin keagamaan didesa adalah sesepuh yang berwibawa yang nasihat dan petunjuknya diakui oleh masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, dalam sistem pendidikan pesantren, kiai mempunyai kedudukan yang sangat penting.
Asal-usul pesantren, biasanya memang diawali oleh bermukimnya seorang kiai pada tempat tertentu. Tempat itu kemudian didatangi para santri yang ingin belajar mengaji padanya. Setelah beberapa waktu datanglah pada kiai itu seorang demi seorang warga masyarakat sekitarnya, yang kemudian disusul warga tetangga desa yang terdekat, orang dari daerah lain, dan seterusnya. Setelah jumlah santri menjadi banyak mereka membangun asrama dan tempat belajar secara gotong royong. di pesantren pabelan magelang misalnya, ruang belajar, asrama, tempat mengadakan kegiatan kesenian, sanggar lukis, bengkel, kolam ikan, kandang ternak, dan sebagainya dibangun sendiri oleh santrinya bersama pemuda dan masyarakat desa yang dilatih di pesantren itu dalam ketrampilan pertukangan kayu, batu, bengkel, peternakan, dan lain-lain. Kegiatan itu dimaksudkan agar pada diri santri tertanam dan tumbuh sikap mentak berkarya dan menghargai kerja tangan serta membina rasa ikut memiliki dan bertanggung jawab untuk memelihara dan memanfaatkannya.
Kegiatan melatih masyarakat dipesantren ini menyebabkan pesantren menjadi salah satu lembaga pengembangan masyarakat desa yang penting. Ini terjadi karena beberapa alasan. Yang paling utama adalah karena letaknya di tengah-tengah masyarakat. Letak yang strategis itu menyebabkan kondisi lingkungan dan budayanya sangat berpengaruh pada masyarakat sekitarnya. Kiai atau ulama yang menjadi intinya lebih mudah memberi motivasi kepada masyarakat sekitarnya untuk membina sumber daya manusia dan alam lingkungannya.
  1. Sistem pendidikan di pesantren
Sistem pendidikan di pesantren dapat diselenggarakan dengan biaya yang relatif murah karena sebagian besar kebutuhan untuk mengajar disediakan bersama oleh para anggota dengan dukungan masyarakat di sekitarnya.ini memungkinkan kehidupan pesantren berjalan stabil tanpa dipengaruhi oleh gejolak atau perubahan-perubahan dalam kehidupan perekonomian yang terjadi di luar.
Proses belajar mengajar di lingkungan pesantren dilaksanakan dengan dua sistem: sistem sorogan dan sistem bandongan atau seringkali juga disebut sistem weton.yang dimaksud sistem sorogan adalah sistem belajar seorang santri yang menyorog-kan (menyodorkan) kitab yang akan dikajinya kepada kiai, memohon agar dibimbing mempelajari kitab tersebut. De4ngan sistem ini terjadilah proses belajar mengajar yang bersifat “personal”, karena santri tersebut diajar sebagai pribadi oleh kiai, tidak bersama-sama dengan yang lain. Dalam sistem sorogan, santri bebas menentukan program yang dipilihnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Ia bebas pula menentukan kitab yang akan dikajinya dan bebas pula memilih guru atau pembimbing yang akan membimbingnya.merekapun setelah tamat mengkaji kitab-kitab tertentu tidak diberi ijazah oleh pesantren bersangkutan, karena ijazah, menurut kalangan pesantren, diberikan oleh masyarakat kelak kalau masyarakat menerima dan mengakui ilmu serta kecakapannya.
Sistem sorogan yang memberikan pelayanan personal dan kebebasan kepada santri untuk menentukan program studinya serta keikutsertaannya dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dirinya merupakan sistem yang memberikan iklim yang baik bagi pertumbuhan pribadi santri yang bersangkutan, kemampuan berinovasi dan bertanggung jawab sendiri mengenai pilihan dan tindakan yang dilakukannya.

Adapun sistem bandongan atau weton adalah cara lain proses belajar mengajar di pesantren. Dalam sistem ini, kelompok santri yang terdiri dari 5 sampai 500 orang mendengarkan seorang kiai atau guru membaca, menerjemahkan, menerangkan dan mengulas kitab-kitab islam. Setiap santri mendengarkan dan memperhatikan kitabnya sendiri dan membuat catatan yang diperlukan. Kelompok kelas sistem bandongan ini disebut halaqah yang mana para santri duduk melingkar belajar bersama dibawah bimbingan seorang guru. Sistem ini memerlukan kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi para santri.
Karena sulitnya sistem bandongan ini banyak santri yang gagal mengikutinya, oleh karena itu seyogyanya sistem sorogan dilakukan terlebih dahulu, sebab seperti telah diuraikan diatas, sistem sorogan sangat efektif dikarenakan seorang guru dapat secara langsung mengawasi, menilai, dan membimbing santri secara maksimal.
Selain itu terdapat lima hal yang menjiwai kehidupan pondok pesantren yang disebut pancajiwa pondok pesantren yaitu:
  • Keikhlasan
  • Kesederhanaan
  • Sikap menolong diri sendiri
  • Persaudaraan
  • kebebasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar